Halaman

Cari Blog Ini

Minggu, 21 Juli 2013

MAMA MUDAH LUPA


Sedikit bincang tentang anak keduaku URIEL MAHASWARI CLAIRYNDA ELANS

16 April 2013 si kecil lahir, waooo begitu luar biasanya. Malaikat kecilku URIEL lahir ketika usia kandungan 40 bulan lewat 6 hari. Hari ini harus lahir kalau tidak besok mau tidak mau harus lahir dengan operasi caecar.

Stress karena si kecil memunculkan kontraksi namun tidak segera menguat. 04.30 pagi muncul bercak darah. Yihuii siip akhirnya tiba saatnya. Segeralah bergegas ke RS.
Sampai di RS jam 07.00, dicek baru bukaan 1. Ditungguuuu jam 12.00 masih saja bukaan 1. Mulailah diberi suntikan pacu lewat infus. Ditempel alat untuk denyut jantung baby. Panik. Suaranya itu lho. Dug dug dug… satu jam dua jam tiga jam rasanya lamaaaa sekali. Jam 16.00 dicek masih saja bukaan 1..
Jam 18.00 pyaaarr ketuban pecah. Wah senangnya, sebentar lagi nih. Pasti kontraksi bertambah ya. Dicek eehh masih saja bukaan 1. Wedeeww mulai gelisah karena tak bisa turun dari tempat tidur. Segala sesuatu dilakukan di tempat tidur. Jam 19.00 dicek masih saja bukaan 1 hanya dinding rahim tidak terlalu tebal lagi. Rasa sakit mulai mendera.
Jam 20.00 dicek bukaan tiga. Tapi rasa sakitnya seperti bukaan 9 ketika anak pertamaku lahir normal. Sakit dan baru bukaan tiga. Bertanya pada perawat, tindakan medis apa yang selanjutnya. Jawabnya : “Ya, kalau belum tambah bukaan dosis akan ditingkatkan lagi. Tunggu sampai infus ini habis.” Haahhh masih tunggu infus habis lalu mau diganti dengan infus baru dan dosis naik. Padahal sakitnya sudah seperti ini. Pikiran mulai kacau dan lemas. “Pah, mamah pilih operasi Caesar saja. Apa mamah kuat kalau seperti ini?” Suamiku bingung juga namun segera bertindak. Tanda tangan persetujuan untuk operasi dan perawat siapkan peralatan operasi. Namun, mendadak ada 4 bidan yang masuk ke ruangan. Serentak mereka beri motivasi untuk lahir normal dulu. Hmmmm pikiran mulai agak tenang lagi. Okelah ikuti saran untuk tunggu satu jam lagi.  Masih cukup tenaga untuk satu jam lagi.
Jam 20.30 rasa sakit semakin kuat dan kuat. Berontak ingin operasi saja. Datang lagi 4 bidan yang mendorong untuk bertahan. Bukaan mulai bertambah jadi 4 dan dibantu jadi 5. Hmmm hebatnya rasa sakit sampai tangan suamiku jadi sasaran untuk tahan rasa sakit. Jam 21.30 sudah mulai mengejan. Dokter datang dan 21.58 malaikat kecilku lahir dalam keadaan baik dan sehat.
LUPA rasa sakitku. LUPA air mata yang keluar untuk tahan rasa sakit.

Setiap mama pasti punya cerita ketika melahirkan bayi. Herannya kebanyakan dari para mama bercerita tentang rasa sakit melahirkan dengan mata berbinar-binar. Sudah lupa rasa sakitnya, yang diingat indahnya kebahagiaan melahirkan. Memang mama mudah lupa yaaaa…

Minggu, 07 Agustus 2011

KEKUATAN RASA SYUKUR

Seringkali terasa begitu penat ketika ada beribu masalah. Seringkali pula terasa tak cukup kuat pundak ini menanggung beban. Seringkali tak mampu menahan helaian nafas panjang, mengeluh. Bahkan sesekali air mata pun menetes tanpa alasan yang jelas.

Masalah selalu ada. Tantangan hidup semakin bertambah. Namun demikian juga kemampuan kita untuk menanggung semua masalah itu. Tak terasa semakin kuat pula. Tak terasa kaki lebih mampu berjalan berpuluh-puluh kilometer bahkan ketika pundak kita semakin dibebani jutaan masalah.

Darimana kekuatan itu timbul? Tidak serta merta kekuatan muncul. Kekuatan muncul tak seperti permainan sulap dengan kata SIMSALABIM maka dari tidak ada menjadi ada.
Kekuatan muncul dari pikiran kita untuk selalu bersyukur. Mensyukuri nikmat dari setiap masalah, mensyukuri tiap tetes air mata, mensyukuri tiap helaian nafas panjang, mensyukuri semuanya.

Aku bukan SUPERWOMAN yang bisa atasi segala masalah dengan mudah. Aku percaya bahwa pasti ada jalan bagi semua masalah. Dan saat masalah datang adalah saat terbaik untuk menerima rahmat berlimpah dari Tuhan.
PUJI TUHAN. HALLELUYA.

LETAKKAN LELAHKU

Menyeruak rasa lelah
tatkala harus tampil jadi yang kau mau

Menyelinap rasa sesak
tatkala harus ikuti persepsimu

Menggelinjang rasaku
tuk menemukan diriku sendiri
dan aku akan letakkan lelah dan sesakku
maaf, aku mau jadi aku

MAHALNYA SEKOLAH KITA

Terjadi tegur sapa yang riuh di musim naik kelas dan lulusan.
NAIK KELAS “Anakmu naik kelas berapa?” “Dapat juara berapa?”
MUSIM LULUSAN “Masuk sekolah mana?” “Masuk Negeri atau Swasta?” “RSBI atau yang biasa?” “Kena berapa?”

OVERVIEW PENDIDIKAN KITA
1. BIAYA PENDIDIKAN = HARGA EMAS
Hmmm… pasar ramai dengan berbagai keluhan orangtua tentang biaya pendidikan yang semakin muahaaalll. Untuk masuk ke sekolah setingkat SMP Negeri (yang katanya milik pemerintah dan masuk kategori pendidikan dasar 9 tahun) biaya uang gedung mencapai Rp3.500.000,00. Belum ditambah biaya SPP bulanan, biaya seragam, biaya buku, dan lain-lain. Wuuiihhh. Hebatnya biaya pendidikan kita. Sepertinya harga biaya pendidikan mengikuti harga emas yang kian hari makin melonjak. Harga melambung, padahal kuantitas dan kualitas masih sama.

2. SARANA MINIMALIS
Sesekali ketika masuk ke sekolah milik pemerintah, tiliklah ada berapa computer yang disediakan sekolah untuk anak-anak belajar. Lihatlah fasilitas laboratorium yang disediakan sekolah. Lihatlah buku-buku di perpustakaan. Jumlah sarana prasarana tak sebanding dengan jumlah siswa.

3. PENDIDIKAN KEJAR HASIL
Sudahlah nggak usaha banyak omong tentang proses belajar mengajar, yang penting anak lulus sekolah dengan nilai bagus dan dapat lanjut ke pendidikan selanjutnya. Yang penting HASIL. Guru terbebani dengan materi seabrek yang harus segera disampaikan kepada siswa. Akhirnya, kesempatan untuk berinovasi dan berkreasi sebatas MENGEJAR AKREDITASI atau SERTIFIKASI. Tindak lanjut setelah itu semua, aahh masih jauh.

LALU, BAGAIMANA SEKARANG?
Pendidikan semakin mahal, padahal sarana prasarana masih minimalis, sedang proses belajar mengajar pun masih perlu dipertanyakan. Prihatin? Ya. Pesimis? Tidak! Masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Tak sekedar menuntut guru atau sekolah untuk ini dan itu. Tak cukup hanya marah-marah pada pemerintah yang nyatanya belum bisa berikan alokasi anggaran APBN 40% untuk pendidikan. Masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang.
1. MARI BELAJAR BERSAMA ANAK
Orangtua tidak boleh tinggal diam saja. Memang perlu untuk prihatin dengan kualitas pendidikan sekarang ini. Memang perlu banting tulang untuk biayai pendidikan anak. Tapi itu tidak cukup. Ambil buku anak kita, pelajari materinya, kalau perlu bertanya pada guru atau browsing. Orangtua harus buka mata untuk belajar memahami materi pelajaran anak. Tak harus bisa menguasai semua pelajaran anak. Yang penting kita berikan waktu, tenaga dan pikiran untuk BELAJAR BERSAMA ANAK.


2. MARI TEMANI PROSES PERKEMBANGAN PRIBADI ANAK KITA
Rangking satu di kelas tak selalu bisa menjamin kesuksesan seseorang. Jadi juara berbagai lomba tak selalu bisa mendongkrak perkembangan anak. Anak-anak sekarang sudah terbebani belajar seabreg kurikulum dan mengikuti bejibun kegiatan. Mari, kita tidak hanya sekedar menuntut anak untuk menjadi juara satu. Kita ambil tanggung jawab juga di dalam proses belajar anak.

Wahai para orangtua, segera ambil sikap. “Anakku, kau tak harus jadi juara satu di kelas. Yang penting kau PAHAM pelajaran yang diberikan. Tak sekedar HAPAL. Bekali dirimu dengan berbagai hal yang dapat MENGEMBANGKAN DIRIMU. Belajarlah DISIPLIN, TEKUN, PERCAYA DIRI, hingga kau SIAP dan TANGGUH hadapi hidup ini! Kami siap menemanimu!”

Rabu, 17 November 2010

CUCI DIRI DENGAN ABU MERAPI

Menyikapi situasi dan kondisi Merapi yang telah mengalami erupsi mulai 26 Oktober 2010 banyak duka yang dialami para pengungsi. Posko sudah banyak bertumbuh di Yogyakarta, Magelang, Klaten, Boyolali, dan sekitarnya. Banyak bantuan yang dibutuhkan dalam masa tanggap darurat Merapi. Jangan sampai kita berpangku tangan saja melihat dan menonton bencana Merapi. Bencana Merapi sudah merenggut nyawa dan terlebih merenggut harapan akan masa depan. Bantuan yang kita berikan sekecil apapun akan memberikan semangat hidup.



Ada begitu banyak kebutuhan baik logistik, obat-obatan, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan balita, maupun pakaian, yang sangat dibutuhkan oleh para pengungsi Peduli Merapi. Tahapan demi tahapan bantuan seakan-akan tidak pernah mencukupi karena tidak ada yang dapat memastikan kapan bencana ini akan berakhir. Menyikapinya perlu dengan bijak yaitu dengan menjaga dan memupuk semangat untuk terus berbagi. Semangat untuk berbagi pun perlu dibarengi dengan perencanaan dan koordinasi yang baik. Perlu diingat bahwa bantuan yang kita salurkan adalah amanah yang diberikan kepada kita untuk dikelola dengan sebaik-baiknya.



Demikian sekelumit kalimat yang saya tulis untuk membuat proposal bagi penggalian dana PEDULI MERAPI. Luar biasanya adalah tanggapan terhadap proses penggalian dana PEDULI MERAPI dari banyak pihak. Satu yang ingin saya culik ceritanya adalah cerita salah seorang ibu yang memberikan waktu, tenaga, dan bantuan untuk pengungsi Merapi.



Aku, adalah seorang janda dan mempunyai dua orang anak yang masih sekolah di SD. Suamiku belum genap 1000 hari meninggal. Terasa sangat berat ketika kejadian mendadak itu menimpaku. Kehidupan ekonomi yang semula ditanggung oleh suamiku sekarang aku pikul sendiri. Kedua anakku masih sangat kecil dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Aku pun masih tinggal bersama dengan orangtuaku yang tak pelak menambah beban hidup. Perlahan-lahan, tabunganku menipis. Perhiasan terjual. Bahkan warung kecil di depan rumahku pun terjual. Untuk menyambung hidup aku membuat makanan kecil dan telaten kujumputi lima puluh sampai seratus rupiah untuk tiap makanan yang aku buat. Hidup terasa begitu berat.



Ketika arisan RT ada ajakan untuk memberi sumbangan bagi pengungsi Merapi. Berbagai berita di media pun beredar dan menghujami dadaku. Ternyata, banyak juga orang yang lebih sengsara hidupnya dibandingkan diriku. Ah, tak seberapa sengsaraku. Aku masih bisa berjualan di pasar. Keluargaku masih bisa makan nasi. Anakku pun masih bisa sekolah.



Segera aku kumpulkan baju-baju milik suamiku. Kutata serapi mungkin. Teriring doa. “Pak, bajumu aku sumbangkan ke pengungsi ya Pak. Semoga setumpuk baju ini menjadi setitik obat bagi para pengungsi. Juga obat untukku Pak. Aku merasa sangat sedih ketika melihat tumpukan bajumu di lemari pakaian kita. Aku selalu teringat bahwa Bapak sudah pergi dan tak mungkin kembali lagi. Aku selalu merasa sedih ketika melihat bajumu. Seakan masih terasa bau badanmu di baju-baju ini Pak. Wajahmu pun menari-nari di pelupuk mataku ketika melihat baju-baju ini. Pak, aku bahagia jika dapat membantu orang lain pak. Aku sumbangkan baju-baju Bapak, bukan untuk melupakan Bapak justru untuk mengenang Bapak. Aku ingin tersenyum ketika mengenang Bapak. Ternyata kita masih bisa ya Pak menyumbang untuk orang lain meski sekarang ini terasa begitu sulit. Terima kasih Pak. Semoga sumbangan ini menjadi berkat buatku dan anak-anak kita ya Pak. Aku akan terus berusaha untuk mengais harapan yang selama ini tersisihkan oleh rasa sedih dan beban hidup.”



RESUME

Banyak alasan yang dilakukan ketika seseorang memberikan bantuan pada pengungsi. Salah satunya adalah dengan membantu maka akan terjadi refleksi ke dalam diri. Ibarat sebuah cermin. Ada kalanya, kita sudah merasa begitu berat dalam menghadapi hidup. Mungkin benar memang sungguh berat. Namun, ternyata, ada yang lebih berat lagi hidupnya. Lalu kemudian, siapakah yang jadi pengungsi sebenarnya? Mungkin kita-lah yang menjadi pengungsi karena kita yang terbantu lebih banyak untuk lebih menghargai hidup dan berkat yang kita terima selama ini. Kita dibantu oleh para penderita bencana untuk semakin bersyukur. Abu merapi ternyata bisa juga menjadi sarana untuk mencuci diri, mencuci hati, mencuci semangat, mencuci harapan, dan mencuci rasa syukur. Hingga menjadi lebih bersih, lebih hidup, dan lebih bersyukur.



MARI TERUSKAN....

* Salut bagi para relawan Merapi di Yogyakarta, Magelang, Klaten, Boyolali dan sekitarnya. Teruskan perjuangan teman! Berikan informasi yang sebenar-benarnya kepada para pengungsi dan juga kepada para donatur sehingga bantuan yang diberikan sungguh menyasar dan bermakna.

* Salut bagi para donatur yang tak henti-hentinya memberikan waktu, tenaga, pikiran, dana dan bantuan bagi para pengungsi. Berkat selalu melimpah bagi mereka yang mau berbagi.

* Salut bagi para pengungsi. Jaga kesehatan jiwa dan raga. Hidup sangatlah berharga. Satu cobaan akan menambahkan ribuan berkat bagi kita.

Mari Teruskan Semangat Berbagi....

PELAJAR BELAJAR FACEBOOK

Suatu siang saya tuliskan email saya di papan tulis. Diiringi kata-kata “Silakan add account facebook saya!”. Lalu separo dari kelas terbengong-bengong. “Itu apa ya bu!” Gubrakkkkk…. Ternyata jejaring sosial seperti facebook masih menjadi barang asing.

MANFAAT FACEBOOK
Kita dapat mengeruk manfaat sebanyak-banyaknya dari facebook. Dimulai dari menentukan tujuan awal membuat account facebook. Pada awalnya saya mencari teman-teman lama mulai dari teman sekolah, teman kuliah, teman main, dan juga teman kerja. Dari teman-teman lama lalu beralih ke teman-teman yang baru. Sekarang saya lebih belajar berbagi melalui facebook. Ternyata, banyak hal yang dapat diperoleh dari situs pertemanan ini.
Bagi para pelajar, berbagai informasi berkualitas bisa didapat, misalnya informasi peluang beasiswa dan lowongan kerja. Melalui facebook pelajar dapat mengembangkan kemampuan menulis. Dan tambahan income pun sangat mungkin didapat dari facebook.

MENCARI TEMAN BERKUALITAS
Saya tidak pilih-pilih teman facebook. Siapapun yang add pasti saya confirm tanpa saya cek dulu siapa dia. Gegabah dan ceroboh! Ya, saya melakukannya karena memberikan kesempatan bagi lebih banyak orang untuk berbagi. Demikian juga dengan saya, seringkali mencoba untuk add teman yang tidak saya kenal sebelumnya. Saya buka daftar teman orang-orang yang saya kenal, lalu mulailah saya add dan menunggu confirm. Luar biasanya, saya pun mendapatkan teman-teman yang berkualitas untuk saling berbagi.
Ada juga yang lebih selektif dalam memilih teman. Ketika tidak cocok dengan profil atau tidak menemukan mutual friends maka tidak di-confirm. Bahkan ada yang langsung memblokir orang-orang yang dinilai tidak asyik untuk jadi teman.
Apa yang sebaiknya dilakukan? Terserah! Dua-duanya dapat dipilih.

BAHASA YANG SOPAN DAN KOMUNIKATIF
Sedih ketika ada status berisi makian dengan kata-kata yang sangat tidak pantas. Dengan diiringi kata “Maaf” saya pun memblokir beberapa teman yang melakukannya.
Bagi saya, facebook ibarat terminal bus . Banyak orang yang berlalu-lalang di terminal bus. Seringkali mereka cuek, namun perlu diingat, ada juga yang melirik bahkan mengamati perilaku kita. Facebook adalah prasarana umum yang menjadi milik umum. Setiap orang bisa membaca status atau komentar yang kita buat. Maka perlu lebih bijaksana dalam menulis. Bebas bahkan sangat bebas menulis apapun. Ingat resiko ditanggung penumpang. Jika kita keseringan menuliskan kata-kata yang tidak pantas, maka orang akan menilai kualitas kepribadian kita. Buatlah tulisan yang sopan dan komunikatif sehingga orang mengetahui apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan.

TIGA BATANG ROKOK UNTUK SATU JAM DI WARNET
Harga sewa warnet sekarang tambah murah. Tiga batang rokok dapat diganti dengan satu jam sewa di warnet. Bagi yang mempunyai handphone dengan fasilitas situs pertemanan cukup 5 ribu satu minggu. Manfaat yang dapat diambil lebih banyak dibandingkan tiga batang rokok. Harga sewa warnet juga sebanding dengan harga sewa untuk bermain Play Station (PS). Manfaatnya? Hmmm pasti lebih bermanfaat di warnet!

PESAN SPONSOR BAGI PELAJAR
Bagi para pelajar, silakan add account facebook saya. Lalu hubungi saya ketika mau tes atau wawancara kerja. Silakan bertanya tentang apapun! Sebisa mungkin, saya akan menjawabnya. Mari!

MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB ATAS PILIHAN HIDUP

Perjalanan singkat di Jogjakarta tanggal 30/31 Oktober 2010 membawaku pada sebuah pemikiran tentang pilihan hidup. Bertemu dengan teman-teman semasa SMA Van Lith Muntilan angkatan ke-4 dan semasa kuliah Psikologi UGM angkatan 1997. Sedikit yang dapat terkumpul. Dari yang sedikit terkumpul ini, tercerai berai juga hunjaman makna dari sebuah pilihan hidup. Dulu seperti apa, sekarang seperti apa, lalu esok akan bagaimana.


MEMILIH TUK JADI IBU RUMAH TANGGA

Terkagum-kagum aku pada pilihan salah seorang teman untuk menjadi ibu rumah tangga. Lulusan sarjana dari Universitas Atmajaya Yogyakarta yang notabene pasti akan mudah untuk mencari pekerjaan atau mencipta pekerjaan. Memilih untuk menjadi ibu bagi anak yang dilahirkan. Menjadi seorang ibu yang selalu ada untuk anak. Menjadikan rumah sebagai tempat terbaik bagi perkembangan anak secara optimal. Menumpahkan ribuan kasih sayang yang tak pernah habis.

Masih ada satu lagi pilihan hebatnya. Memilih untuk tak punya pembantu. Tentunya sangat mudah baginya untuk mendapatkan pembantu. Lebih gampang dalam melakukan pekerjaan ketika mempunyai pembantu. Uang pun tak jadi masalah untuk sekedar menggaji pembantu. Pilihannya pasti. Memilih melakukannya sendiri.



MEMILIH TUK JADI PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH

Pilihan yang hebat. Lulusan Psikologi UGM yang mau menjerumuskan dalam bidang pemerintahan sangatlah minim. Lebih banyak yang memilih merantau di kota-kota besar dan jadi orang-orang hebat di training ataupun HRD. Ketika pilihan untuk menjadi pegawai pemerintah daerah diambil maka muncul sebuah konsekuensi dari pilihan tersebut. Rangkaian kata-kata bergulir dari wajah cantik temanku yang bercerita bahwa pekerjaan yang dilakukannya sangatlah monoton. Tak ada kesempatan untuk berinovasi. Tak ada kesempatan untuk mempraktekkan ilmu-ilmu psikologi bagi pengembangan organisasi. Pekerjaan yang dilakukannya sudah tersistematika dengan baik. Nyaris tak ada kesempatan untuk mengubah pola kerja yang sudah mantap.

Pilihan hebat. Untuk tetap bertahan dalam situasi yang konstan. Namun tak menafikan kesempatan untuk menambah ilmu dunia luar. Tak banyak orang yang mampu bertahan dalam pola kerja yang demikian stagnan. Tentunya, ada semangat kecil yang mengobarkan daya tahan luar biasa ini. Sederhana saja, ingin memberikan waktu yang lebih banyak untuk keluarga. Dengan bekerja di pemerintahan, waktu luang pun lebih banyak tersedia. Api kecil semangat kasih sayang ini rupanya yang membuat seseorang mampu bertahan dalam situasi yang sulit, monoton, stagnan, atau juga membosankan.



MEMILIH TUK JADI PEMBELAJAR

Begitu banyak pilihan dalam memaknai hidup. Dan yang diambil oleh salah seorang teman adalah menjadi pembelajar. Lulus dari S1 Psikologi UGM, lanjut Magister Manajemen UGM, lanjut berbagai kursus online dengan sertifikasi internasional dan masih lanjut juga berjibun sertifikat aneka bahasa dari Bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang (dan omong-omong mau belajar bahasa Arab). Sekarang pun, masih tetap jadi pembelajar NLP (Neuro Linguistic Programming) dan hipnoterapi. Dalam memilih dunia kerja pun yang dipilih adalah pekerjaan yang memberi kesempatan untuk belajar. Hingga jadilah kutu loncat dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Tentunya, setiap momen berada dalam satu perusahaan digunakannya semaksimal mungkin untuk belajar. Esensinya bukan pada ketidaksetiaan pada satu perusahaan namun lebih pada kesetiaan pada semangatnya untuk belajar, beraktualisasi diri, dan berbagi. Semangatnya untuk berbagi yang menular kepada saya juga. Hingga satu buku dikirim dari Jakarta untuk menemani saya.

Pilihan hebat untuk setia dalam setiap langkah pembelajaran. Meluangkan waktu di sela-sela kemacetan ibukota untuk membaca buku. Hingga mengobrak-abrik kamar dengan ratusan buku-buku. Setia dengan ujian-ujian yang ditempuh di waktu weekend. Ternyata waktu yang tersedia untuk belajar sangatlah terbuka luas dan pilihan untuk belajar diambil sebagai sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab untuk beraktualisasi diri dan tanggung jawab untuk berbagi.



MEMILIH TUK SETIA PADA SATU PERUSAHAAN

Berbeda dengan temanku yang satu ini. Setia bekerja pada satu perusahaan dari tahun 2002 sampai sekarang. Rekor yang luar biasa untuk pekerja di Jakarta. Delapan tahun bukan waktu yang singkat untuk bekerja dalam satu perusahaan yang sama. Ada banyak tawaran untuk bekerja pada perusahaan lain. Tawaran yang disertai iming-iming gaji serta kesejahteraan yang lebih baik tentunya. Kesetiaan ini yang membawanya menjadi orang yang sangat dihargai dalam perusahaannya. Menjadi bagian penting dari sebuah institusi. Hingga kesempatan untuk bertravelling ke luar negeri sering didapatkannya.

Pilihan hebat untuk tetap bertahan dalam sebuah pilihan. Meski ada begitu banyak tawaran yang menggiurkan. Namun kesetiaan ini pun berbuah manis.



MEMILIH TUK BEKERJA DI LUAR BATAS

Ketika seseorang seusia SMA dicekoki dengan berbagai macam teori untuk memilih jurusan perkuliahan yang dapat menunjang cita-citanya. Misal, bercita-cita menjadi seorang dokter maka kuliah-lah di Fakultas Kedokteran. Bercita-cita menjadi insiyur berkuliah-lah di Fakultas Teknik. Kenyataan hidup berbicara lain. Banyak orang yang kemudian bekerja di luar batas cita-cita dan angan-angannya. Lulusan Fakultas Biologi UGM tentunya akan cocok bekerja sebagai peneliti, pengajar, atau apalah yang sejalur dengan jurusannya. Namun, perguliran waktu yang membawanya untuk berani bekerja di luar batas. Menjadi bagian dari institusi dunia cetak. Redaktur salah satu penerbitan di Jogjakarta. Pilihan hebat. Menekuni suatu hal yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya. Menggali potensi yang tak pernah muncul sebelumnya. Setia, sabar, dan telaten pada setiap langkah-langkah hidup yang membawanya bekerja di luar batas.



MEMILIH BERTAHAN PADA SATU CINTA

Agak unik pilihan kedua orang teman yang pacaran sedari kuliah. Sekarang mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Ketika kuliah dulu, ada juga yang mengernyitkan dahi, apa mungkin mereka berdua akan menjadi pasangan suami istri. Dan ternyata, waktu membawa mereka pada kesetiaan akan pilihan pasangan hidup. Maka, terciptalah reuni abadi sepanjang masa alumni Psikologi UGM.

Pilihan hebat. Setia dengan pasangan hidup. Berdua bekerja merantau di Jakarta. Dalam hiruk pikuk Jakarta, mereka saling mendukung, menguatkan, meneguhkan, sembari menerapkan ilmu-ilmu psikologi.


SEBUAH PEMIKIRAN TENTANG ESOK YANG AKAN DIJELANG

Setelah belajar dari sedikit perjalanan hidup teman SMA dan kuliah dulu. Hidup begitu simpel hingga tanpa sadar membawa tiap orang pada jalannya sendiri. Meski kadang jalan yang ditempuh itu jauh dari pemikirannya, namun yang jelas hidup terus bergulir. Tiap orang punya kesempatan berbuat lebih.


Salah satu yang sepintas terpikir untuk berbuat lebih adalah membuat jaringan. Sungguh luar biasa potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dan betapa luar biasanya jika potensi tersebut tersinergi.


Mari tetap jalin komunikasi satu sama lain. Mari saling berbagi. Mari saling melengkapi. Mari kita bangun jaringan yang lebih kuat untuk saling menguatkan satu sama lain. Saya yakin, entah suatu saat nanti, ada gerakan luar biasa yang tercipta dari sinergi jaringan. Amin.