Halaman

Cari Blog Ini

Minggu, 07 Agustus 2011

KEKUATAN RASA SYUKUR

Seringkali terasa begitu penat ketika ada beribu masalah. Seringkali pula terasa tak cukup kuat pundak ini menanggung beban. Seringkali tak mampu menahan helaian nafas panjang, mengeluh. Bahkan sesekali air mata pun menetes tanpa alasan yang jelas.

Masalah selalu ada. Tantangan hidup semakin bertambah. Namun demikian juga kemampuan kita untuk menanggung semua masalah itu. Tak terasa semakin kuat pula. Tak terasa kaki lebih mampu berjalan berpuluh-puluh kilometer bahkan ketika pundak kita semakin dibebani jutaan masalah.

Darimana kekuatan itu timbul? Tidak serta merta kekuatan muncul. Kekuatan muncul tak seperti permainan sulap dengan kata SIMSALABIM maka dari tidak ada menjadi ada.
Kekuatan muncul dari pikiran kita untuk selalu bersyukur. Mensyukuri nikmat dari setiap masalah, mensyukuri tiap tetes air mata, mensyukuri tiap helaian nafas panjang, mensyukuri semuanya.

Aku bukan SUPERWOMAN yang bisa atasi segala masalah dengan mudah. Aku percaya bahwa pasti ada jalan bagi semua masalah. Dan saat masalah datang adalah saat terbaik untuk menerima rahmat berlimpah dari Tuhan.
PUJI TUHAN. HALLELUYA.

LETAKKAN LELAHKU

Menyeruak rasa lelah
tatkala harus tampil jadi yang kau mau

Menyelinap rasa sesak
tatkala harus ikuti persepsimu

Menggelinjang rasaku
tuk menemukan diriku sendiri
dan aku akan letakkan lelah dan sesakku
maaf, aku mau jadi aku

MAHALNYA SEKOLAH KITA

Terjadi tegur sapa yang riuh di musim naik kelas dan lulusan.
NAIK KELAS “Anakmu naik kelas berapa?” “Dapat juara berapa?”
MUSIM LULUSAN “Masuk sekolah mana?” “Masuk Negeri atau Swasta?” “RSBI atau yang biasa?” “Kena berapa?”

OVERVIEW PENDIDIKAN KITA
1. BIAYA PENDIDIKAN = HARGA EMAS
Hmmm… pasar ramai dengan berbagai keluhan orangtua tentang biaya pendidikan yang semakin muahaaalll. Untuk masuk ke sekolah setingkat SMP Negeri (yang katanya milik pemerintah dan masuk kategori pendidikan dasar 9 tahun) biaya uang gedung mencapai Rp3.500.000,00. Belum ditambah biaya SPP bulanan, biaya seragam, biaya buku, dan lain-lain. Wuuiihhh. Hebatnya biaya pendidikan kita. Sepertinya harga biaya pendidikan mengikuti harga emas yang kian hari makin melonjak. Harga melambung, padahal kuantitas dan kualitas masih sama.

2. SARANA MINIMALIS
Sesekali ketika masuk ke sekolah milik pemerintah, tiliklah ada berapa computer yang disediakan sekolah untuk anak-anak belajar. Lihatlah fasilitas laboratorium yang disediakan sekolah. Lihatlah buku-buku di perpustakaan. Jumlah sarana prasarana tak sebanding dengan jumlah siswa.

3. PENDIDIKAN KEJAR HASIL
Sudahlah nggak usaha banyak omong tentang proses belajar mengajar, yang penting anak lulus sekolah dengan nilai bagus dan dapat lanjut ke pendidikan selanjutnya. Yang penting HASIL. Guru terbebani dengan materi seabrek yang harus segera disampaikan kepada siswa. Akhirnya, kesempatan untuk berinovasi dan berkreasi sebatas MENGEJAR AKREDITASI atau SERTIFIKASI. Tindak lanjut setelah itu semua, aahh masih jauh.

LALU, BAGAIMANA SEKARANG?
Pendidikan semakin mahal, padahal sarana prasarana masih minimalis, sedang proses belajar mengajar pun masih perlu dipertanyakan. Prihatin? Ya. Pesimis? Tidak! Masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Tak sekedar menuntut guru atau sekolah untuk ini dan itu. Tak cukup hanya marah-marah pada pemerintah yang nyatanya belum bisa berikan alokasi anggaran APBN 40% untuk pendidikan. Masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang.
1. MARI BELAJAR BERSAMA ANAK
Orangtua tidak boleh tinggal diam saja. Memang perlu untuk prihatin dengan kualitas pendidikan sekarang ini. Memang perlu banting tulang untuk biayai pendidikan anak. Tapi itu tidak cukup. Ambil buku anak kita, pelajari materinya, kalau perlu bertanya pada guru atau browsing. Orangtua harus buka mata untuk belajar memahami materi pelajaran anak. Tak harus bisa menguasai semua pelajaran anak. Yang penting kita berikan waktu, tenaga dan pikiran untuk BELAJAR BERSAMA ANAK.


2. MARI TEMANI PROSES PERKEMBANGAN PRIBADI ANAK KITA
Rangking satu di kelas tak selalu bisa menjamin kesuksesan seseorang. Jadi juara berbagai lomba tak selalu bisa mendongkrak perkembangan anak. Anak-anak sekarang sudah terbebani belajar seabreg kurikulum dan mengikuti bejibun kegiatan. Mari, kita tidak hanya sekedar menuntut anak untuk menjadi juara satu. Kita ambil tanggung jawab juga di dalam proses belajar anak.

Wahai para orangtua, segera ambil sikap. “Anakku, kau tak harus jadi juara satu di kelas. Yang penting kau PAHAM pelajaran yang diberikan. Tak sekedar HAPAL. Bekali dirimu dengan berbagai hal yang dapat MENGEMBANGKAN DIRIMU. Belajarlah DISIPLIN, TEKUN, PERCAYA DIRI, hingga kau SIAP dan TANGGUH hadapi hidup ini! Kami siap menemanimu!”