Halaman

Cari Blog Ini

Kamis, 07 Oktober 2010

MENULIS CERITA FIKSI ANAK

Pengertian cerita fiksi adalah cerita rekaan atau cerita khayalan. Menurut Nurgiyantoro (1994: 2) pengertian cerita fiksi adalah suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.

Cerita fiksi atau rekaan yang ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan bagian dari sastra anak. Penulis perlu berupaya untuk menyampaikan tema cerita dengan bahasa yang sederhana namun mengena dan mudah dipahami oleh anak-anak. Salah satu kriteria karya sastra anak-anak adalah adanya kejelasan bahasa. Dalam hal ini karya sastra anak-anak harus menggunakan bahasa yang sederhana. Kalimat-kalimatnya tidak panjang-panjang dan tidak rumit. Kata yang digunakan adalah kata-kata yang bermakna lugas artinya mudah dipahami Tarigan (2002: 10.9).

Menurut Sarumpaet dalam Santosa, dkk (2006: 8.3), ”sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan orang tua. Ciri khas sastra anak yang membedakan dari sastra dewasa adalah dalam hal unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung, dan fungsi terapan”.
1. Unsur pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra anak menghindari atau pantangan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan masalah kematian.
2. Penyajian dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya, mengetengahkan gerak yang dinamis dan jelas sebab-sebabnya. Deskripsi dan dialog itu terwujud suasana yang tersaji perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita.
3. Fungsi terapan, yaitu sajian cerita yang harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan ini ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks karya sastra anak itu sendiri.

Menurut Tarigan (1995: 9), ada 12 ciri utama yang perlu diperhatikan dalam perkembangan bahasa dan sastra anak pada usia 10 sampai 12 tahun beserta implikasinya masing-masing mencakup butir-butir berikut ini :
1. Kelajuan perkembangan fisik anak-anak sangat beraneka-ragam. Pertumbuhan yang cepat mendahului awal masa pubertas, anak wanita kira-kira 2 tahun lebih dahulu daripada anak pria dalam perkembangannya. Anak pria dan wanita meningkat sekali rasa penasarananya, rasa keingintahuannya terhadap semua aspek seks atau perkelaminan.
2. Pemahaman dan penerimaan peranan seks merupakan tugas pengembangan pada periode ini. Anak pria dan anak wanita mengembangkan suatu perasaan mengenai identitas atau jatidiri satu sama lainnya.
3. Penekanan meningkat pada kelompok sebaya dan rasa memiliki serta rasa rindu kian mendalam pada anak-anak.
4. Pengeluaran yang disenangi atau pemisahan yang tenang dari orang lain, adanya beberapa prasangka dan ekspresi kecurigaan.
5. Pola-pola keluarga berubah, dapat menentang otoritas dan wewenang orang tua. Anak-anak sangat kritis terhadap saudara-saudara kandungnya sendiri.
6. Anak-anak mulai memiliki model-model selain daripada orang tua yang dipetik dari televisi, bioskop, tokoh olahraga, buku-buku. Mulai menarik minat pada pekerjaan masa depan.
7. Anak-anak membenarkan bahwa mereka menaruh minat besar dalam kegiatan-kegiatan khusus, mereka menggunakan lebih banyak waktu untuk membaca pada usia ini daripada yang lainnya.
8. Anak-anak ingin menguji keterampilannya sendiri dan kemampuan diri sendiri, menatap ke masa depan kepada saat kemandiriannya penuh.
9. Anak-anak sangat mengembangkan rasa keadilan dan perhatian bagi orang lain.
10. Anak-anak meningkatkan pemahaman akan kronologi peristiwa-peristiwa masa lalu, mengembangkan perasaan terhadap tempat-tempatnya sendiri sesuai dengan waktu. Mulai melihat banyak dimensi sesuatu masalah.
11. Meningkatkan mutu keterampilan kognitif atau keterampilan bernalar dapat dipakai untuk melayani imajinasi anak-anak pada usia ini.
12. Anak-anak berupaya mencari nilai-nilai, mereka menaruh minat besar pada masalah-masalah dunia, sudah mulai menggarap hubungan-hubungan abstrak, mereka semakin menjadi lebih analitis.

Adanya perkembangan bahasa dan sastra pada anak usia 10 sampai 12 tahun ini juga membawa implikasi pada jenis karya sastra anak yang paling tepat bagi usia 10 sampai 12 tahun. Salah satu implikasi yang dinyatakan oleh Huck, dkk dalam Tarigan (1995: 94) adalah ”buku-buku sastra dapat memberi penekanan pada kontribusi-kontribusi unik terhadap berbagai hal. Diskusi dapat digunakan untuk menjelaskan nilai-nilai”.

Menulis cerita fiksi untuk anak-anak ternyata penuh dengan panduan yang menarik juga untuk diikuti. Mari kita perbanyak koleksi buku untuk anak-anak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar