Halaman

Cari Blog Ini

Rabu, 17 November 2010

ANDA PUAS KAMI LEMAS

Antrian di Kantor Pos di dekat rumahku lumayan padat. Tepatnya tanggal 5. Awal bulan. Saat yang tepat untuk ambil gajian bagi para pensiunan. Saat bayar listrik. Saat bayar tagihan angsuran leasing sepeda motor. Para pengantri punya banyak keperluan. Namun ada keperluan yang tidak lagi diperlukan yaitu kirim surat. Surat melalui pos sudah tidak ‘njaman’ lagi.

Pak Pos berkelakar. Suaranya keras memenuhi ruangan. Bercanda dengan simbah-simbah yang antri ambil uang. Aku pun mengantri untuk bayar tagihan pulsa. Sambil menikmati bunyi palu ‘cap’ pos berkumandang. Iseng aku menggoda, “Wah Pak Pos baru laris manis!” Lalu terceletuk suatu kalimat. “Biasa mbak, Anda puas kami lemas!” Spontan. Aku ketawa. Ha ha ha. Kalimat yang menarik untuk diulas.

TEKNOLOGI PENGGANTI SURAT
Dulu, Kantor Pos ramai dengan antrian untuk kirim surat, wesel ataupun paket. Sekarang ada pergeseran. Seiring perkembangan teknologi, surat menjadi barang antik. Tergantikan oleh SMS, email, chatting, twitter, telepon atau rupa-rupa teknologi komunikasi lainnya. Berdasarkan ulasan di Kompas, 11 Oktober 2010, PT Pos Indonesia mendata merosotnya pengiriman surat individual sampai 68% hampir satu dekade ini. Sampai tahun 2008 pengiriman surat individual hanya sebanyak 4 juta pucuk per bulan. Kondisi itu sudah merosot 68% dibandingkan tahun 2000. Apalagi tahun 2010 ini, pengiriman surat individual pasti lebih rendah lagi.

Dunia surat-menyurat memang sudah tergeser oleh teknologi. Hanya dalam hitungan satu menit bahkan beberapa detik saja. Pesan dikirim. Pesan diterima. Pesan pun dimuat dalam kata-kata yang singkat, padat, dan jelas. Suatu kemajuan yang luar biasa namun juga ‘mungkin’ kemunduran.

ASYIKNYA BERSAHABAT PENA
Kebiasaan bersahabat pena yang sempat digandrungi para anak-anak era sembilan puluhan patut diacungi jempol juga. Melalui surat, anak-anak lebih belajar untuk menyusun kalimat dengan cara yang lebih tepat. Disebut lebih tepat karena menulis surat tak mungkin hanya dalam 140 karakter saja. Paling tidak minimal satu lembar kertas penuh. Melalui surat, anak-anak belajar mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Anak-anak belajar untuk menulis. Dan ternyata, fakta yang hampir tak terbantahkan, banyak penulis hebat karena berlatih menulis.

Ada pengalaman pribadiku yang menarik tentang sahabat pena. Teringat satu orang sahabat pena saya. Bertemu baru satu kali dalam ajang lomba mengarang waktu SMP dulu di Semarang. Setelah itu kami bersurat-suratan. Berlanjut terus. Cerita dari mulai sekolah, cita-cita, sampai kekasih. Luar biasanya, sampai sekarang kami masih menjadi sahabat. Efek surat waktu SMP itu masih menggema sampai sekarang.

Bersahabat pena masih menawarkan suatu yang menarik. Relasi yang terbangun dari surat terasa lebih hangat. Lebih dekat. Lebih personal. Setidaknya tak ada hacker. Imajinasi pun lebih hidup. Membayangkan bagaimana reaksi wajah penerima surat. Berdebar-debar menunggu kapan surat dibalas. Menebak-nebak apa isi balasan suratnya. Nuansa yang menyenangkan.

PELAYANAN PUBLIK YANG MERAKYAT
PT Pos Indonesia sekarang mulai bidik pengiriman surat iklan (advertaising mail/ admail) serta surat tagihan (billing). Pak Pos sekarang tidak sibuk menempel perangko lagi. Namun, masih ada yang sama. Sapaan-sapaan yang akrab. Celotehan yang asyik. Membuat para pengantri tidak merasa jemu. Membuat simbah-simbah merasa nyaman untuk antri. Bentuk pelayanan publik yang patut dipuji. Berbeda dengan pelayanan di sektor pemerintahan lain yang terasa lebih cuek. Bagi saya, pelayanan kantor pos masih patut diacungi jempol. “Anda Puas Kami Lemas” menjadi simbol bentuk pelayanan yang sungguh mengutamakan kepentingan konsumen. Bravo PT POS INDONESIA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar